Tuesday, April 06, 2010

Siapa yang Tertangkap?

"Adek mau ditilang aja, atau mau saya bantu di sini?"

Pernyataan yang mengejutkan yang dilontarkan oleh penegak hukum dari kepolisian.

Dalam separo detik yang cepat berbagai pikiran melintas di kepala saya.

Bagi orang picik, 'bantuan' ini adalah jalan paling cepat.
Mempermudah urusan, waktu, biaya, dan tenaga bisa dihemat.
Bagi orang picik ia akan memilih dibantu mumpung ada peluang.
Pikirnya; toh dia untung dapat uang, saya untung bisa cepat pulang.
Bagi orang picik apalah arti selembar uang.
Apalagi kalau dibanding harus hadir dalam sidang atau membayar tilang.

Namun mungkin ada yang tidak setuju. Setidaknya saya.
Saya salah; saya seharusnya dihukum. Sepantasnya dihukum.
Saya salah; apapun usaha saya untuk berkelit, saya memang salah.
Saya salah dan saya mengakui itu.
Saya salah; lebih salah lagi kalau saya menyuap.

Tapi kalau hanya dengan alasan malas hadir ke sidang atau tidak mau membayar tilang lalu saya mengiyakan 'bantuan'?
Hanya karena takut dimarahi orangtua lalu saya nurut saja mengiyakan?

Tidak bisa. Tidak mau.

Saya bukan orang yang idealis. Tidak juga apatis.
Saya tidak setuju dengan korupsi. Tapi saya juga tahu gaji mereka sedikit.
Saya bukan pemerhati sosial. Bukan berarti saya tidak peduli sosial.

"Ditilang saja pak. Saya tahu saya salah."

Tidak perlu pendidikan tinggi untuk tahu mana benar mana salah.
Tidak perlu jadi mahasiswa hukum untuk menolak menyuap.
Tidak perlu banyak argumen untuk menyangkal.

---

Polisi itu mungkin punya anak. Anak yang bangga pada profesi ayahnya.
Kalau ia punya anak, tentu ia punya istri. Istri yang juga bangga pada suaminya.

Saya tidak mau menyuap, bukan karena alasan yang berat.
Saya hanya tidak ingin anak dan istrinya makan uang haram.
Itu saja.

(as posted in my FB notes. No, this time there won't be cheerios. Sorry.)

No comments: